Hellluuu ada yang kangen saya???? Wkwk maaf ya ngaret -lagi- biasalah pekerjaan dan pendidikan menyita waktu -cieleeh- dipollow dulu dah @_khurul :D
Yuk marii..
***
Hari ini Alvin memutuskan untuk berkunjung kerumah Agni, ia rasa Agni cukup baik sebagai pendengar untuk mengatasi masalah tentang usahanya. Yah memang semenjak kenal dengan Agni, Alvin mulai sering sharing tentang perkembangan restoran, mulai dari pengalaman, berbagi resep sampai masalah karyawan pun ia bicarakan.
Took took took
Alvin menunggu dibukakan pintu, ia memandang sekeliling melihat berbagai jenis tanaman yang terdapat disudut halaman rumah Agni.
Ckleeekkk
"Eh, maaf siapa ya?" tanya seseorang, membuat Alvin yang tengah membelakangi pintu segera berbalik dan terkejut.
"Alvin/Sivia." kompak Alvin dan Sivia.
"Kok lo ada disini Vi, bukannya ini rumah Agni?" tanya Alvin heran, ia mengamati gadis didepannya ini, rambut lurus sebahu wajah oriental yang tampak terlihat lebih cantik, setelah sekian lama tidak bertemu dan yang membuat Alvin lebih heran adalah perubahan bentuk badan Sivia yang sekarang lebih berisi.
"Agni kakak gue Vin." balas Sivia pelan, ia menunduk sedikit malu melihat Alvin yang sekarang nampak lebih dewasa dengan balutan kemeja yang agak kebesaran dengan dipadukan celana jins khas cowok yang terlihat maskulin.
"HAH?? gue sering kesini tapi gak pernah liat lo Vi." Alvin memandang Sivia bingung, ia masih berdiri didepan pintu, masih tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang, gadis yang dulu ia kejar kini tepat dihadapannya.
"Gue sementara di Semarang Vin, eh masuk dulu." Sivia bergeser kesamping, memberi akses Alvin untuk masuk.
Alvin mengangguk dan berjalan mendahului Sivia.
"Gue panggilin kak Agni dulu ya." pamit Sivia, dengan segera ia beranjak dari hadapan Alvin yang sudah duduk manis diruang tamu.
Alvin sebenarnya ingin mencegah gadis itu untuk tidak memanggil Agni, karena ada banyak hal yang ia ingin bicarakan kepada Sivia Termasuk masalah hati.
Sepeninggal Sivia, Alvin hanya diam, masih mengingat rupa gadis yang pernah ia sukai dulu bahkan mungkin sampai sekarang, karena memang semenjak Rio dan Ify menikah, ia tak pernah melihat Sivia dan sekarang tanpa disangka ia bisa bertemu kembali dengan Sivia.
***
Ify memasukkan belanjaannnya kedalam bakasi mobil rio, sedangkan Rio tengah menerima telvon yang konon dari rekan kerjanya. Pandangannya ia edarkan sambil menunggu Rio, namun matanya terhenti pada laki-laki yang tak jauh dari tempat ia berdiri, dengan kaos yang dilapisi jaket serta celana hitam, ify paham dengan postur tubuh jangkun pria tersebut.
"Gabriel.." guman Ify pelan.
***
Sivia masuk kedalam kamarnya setelah memberitahu Agni akan kedatangan Alvin, orang yang pernah dekat dengannya dulu. Sebenernya ia sendiri merasa kaku bertemu kembali dengan Alvin setelah dirinya mengetahui perasaan Alvin kepadanya. Namun ia tidak bisa memberi jawaban apa-apa karena bahkan dampai sekarang hatinya masih tertaut pada satu nama. RIO.
Getaran ponsel yang tergletak diatas kasur membuat Sivia langsung mengambil ponselnya dan membuka isi pesan dari seseorang yang akan membantu rencananya.
"Jalankan rencanya lusa."
Sivia tersenyum membaca pesan tersebut, ia menggemgam ponselnya erat dan langsung merebahkan badannya dikasur, ia tak sabar ingin menjalankan rencana liciknya bersama orang yang pernah sama-sama terluka. Dan ia sudah sangat yakin akan membuat hancur hidup orang lain.
***
Rio mematikan ponsel yamg sedari tadi terhubung dengan asisten Pak Louis. Tangannya mengepal kuat ketika mendengar Dea, mengatakan bahwa Pak Louis akan mencabut saham yang tertanam diperusahaannya. Dan itu tidaklah sedikit, mengingat saham yang Pak Louis pinjamkan sangat banyak untuk membayar pajak dan gajih pegawai tiga bulan terakhir. Rio harus mampu mencari pinjaman untuk melunasi itu semua.
Mengusap wajahnya kasar, Rio mengantongi ponsel pintar miliknya kedalam saku dan berjalan kearah Ify yang tengah menunggu diparkiran supermarket. Rio sudah pernah berjanji untuk tidak akan menceritakan masalah ini kepada Ify, karena Ify selalu berlebihan menghadapi masalah ia tak mau membuat Ify terlalu khawatir kepadanya, dan ia tidak ingin dikasihani oleh keluarga Ify, cukup keluarganya saja yang tahu tentang masalah perusahaannya.
"Hey, Ayoo." ajak Rio membuyarkan lamunana Ify, Rio membuka pintu mobil dan menyuruh Ify untuk segera masuk.
"Kamu ada masalah Yo." tanya Ify ditengah keheningan didalam mobil, karena Rio terlalu fokus dengan jalan didepannya.
Rio menoleh sebentar kearah Ify dan mengacak rambutnya pelan.
"Aku gak papa. Kabar mama dan papa mu gimana Fy?" balik Rio bertanya untuk mengalihkan perhatian Ify, agar Ify tidak terlalu curiga.
"Mereka baik Yo, Kak Alvin juga baik." jawab Ify senang, mengingat kunjungannya kerumah setelah sekian lama.tidak bertemu dengan.orangtuanya.
Rio tersenyum mendengar jawaban Ify,tangannya masih fokus kedepan.
"Maaf ya kemarin aku gak ikut kerumah." ujar Rio penuh penyesalan.
Ify menganggukan kepalanya, karena ia memaklumi pekerjaan Rio yang benar-benar menyita waktu, bahkan Ify yakin sudah beberapa hari ini Rio kurang tidur karena hampir setiap malam Rio selalu berkutat dengan map laptop dan semua berkas yang membuat Ify jengah.
"Iya nggak papa kok Yo."
"Eh Fy, kita udah berapa lama ya hidup berdua gini?"
Ify memandang Rio aneh tumben sekali Rio menanyakan hal ini.
" enambulanan gitu deh. Kenapa emang?"
Mobil Rio berhemti karena lampu masih menyala dengan warna merah.
"Masih inget waktu kamu nolak aku mati-matian?" tanya Rio lagi kali ini Rio memandang wajah cantik istrinya yang merona, dengan gemas Rio mencium hidung bangir Ify.
"ihh apaan sih." tolak Ify atas perlakuan Rio barusan.
"Halah kamu nolaknya telat Fy, udah dicium baru nolak." Rio tertawa pelan dengan segera ia menjalankan mobilnya kembali karena lampu sudah berganti menjadi hijau.
"Lagian kamu nyiumnya gak bilang dulu." rajuk Ify manja, membuat Rio tertawa pelan dengan sikap Ify.
"Mana ada__ eh.."
Getaran ponsel Rio membuat Rio menghentikan obrolannya, diliriknya nama yang tertera dalam layar ponsel tersebut. Shilla
"Ya, kenapa...."
"Apa???" belum sempat Rio menanyakan ada apa, Shilla sepertinya langsung menjatuhkan bomnya dengan mengatakan hal yang tak pernah ia duga sebelumnya.
"Tapi kenapa Shil.." tanya Rio masih tak percaya. Ini tidak mungkin.
Ify memerhatikan dari samping Rio, dahinya berkerut bingung melihat Rio yang tampak emosi, ia hanya menghela nafas panjang, bukan kali ini saja Ify melihat Rio yang seperti itu, menerima telvon entah dari siapa dan sudah dipastikan setelah itu Rio terlihat marah entah apa yang dibicarakan.
"Kamu kenapa?" tanya Ify setelah Rio mematikan ponselnya, ia mengelus lengan Rio pelan, mencoba menenangkan suaminya ini.
Rio menoleh kearah Ify,dan menggeleng, ia menyempatkan mencium dahi Ify lembut setelah mobil memasuki bassment apartemen.
"Kamu bisa masuk sendiri kan? aku harus ke kantor sekarang."
"Ada masalah ya dikantor, muka kamu kusem begitu Yo."
"Sedikit. Tapi aku janji bakal ngeberesin ini secepat mungkin. " Rio menepuk puncak kepala Ify dan menyunggingkan senyumnya sekilas, sebelum akhirnya keluar untuk menurunkan belanjaan Ify.
Ify mengangkat bahu tak mengerti dengan jalan fikiran Rio, dengan segera Ify bergegas turun untuk membantu Rio membawa belanjaan yang tidak terlalu banyak kedalam apartenmen.
"Aku pergi dulu, kamu hati-hati di dalam. Jangan lupa kunci pintu apartemen." pesan Rio sebelum pergi.
"Iya, kamu juga hati-hati dijalan. jangan ngebut." Ify memamerkan gigi putihnya untuk mengantar Rio.
Sebenarnya Ify ingin enggan, karena ia ingin lebih tau tentang masalah yang dihadapi Rio sekarang, karena ia sudah cukup muak dengan ketidaktauan ini.
***
Makin ancur makin typo dan makin keluar alur komplit dahhh. Saran sangat diperlukan :)
admn_2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar