Haloo cercin datang:) sebelumnya maksih ya buat own yang udah bantuin ini. Hihihi tankyuuu:*
Follow twitt author yuk @_khurul / 79D03189
Yuuuuukkk langsunng dinikmati
******
Ify berjalan kedapur untuk memenuhi hasratnya yang ingin memakan sesuatu. Dalam diam ia melangkah dan tak menghiraukan Rio yang tengah serius dengan kertas dan laptop di ruang tengah, ia masih marah dengan kejadian beberapa minggu yang lalu ketika Rio membicarakan sesuatu dengan Shilla di Apartemennya, hatinya masih sakit melihat semuanya.
Rio mendongak ketika Ify melewatinya begitu saja, ia menghembuskan nafas kasarnya mencoba membuang semua yang terjadi akhir-akhir ini, ditambah dengan sikap diam Ify membuat ia semakin frustasi. Mungkin memang sebaiknya dirinya menyudahi semua drama ini.
"Fy.." Rio berjalan mengikuti Ify menuju kamar mereka. Sudah lama rasanya Ify tak membuka suaranya.
Ify mencoba mengacuhkan panggilan dari Rio. Ia tetap berjalan menuju kamarnya tanpa mau memperdulikan Rio. Masih ada rasa kecewa dalam diri Ify. Melihat Rio bersama wanita lain di Apartemennya terlebih dirinya yang notabennya sebagai ISTRI tak dihargai oleh Rio.
Rio menahan pintu saat Ify hendak menutup pintu kamarnya, ia mendorong pintu tersebut sehingga Ify mengalah untuk membiarkan dirinya masuk.
"Lo masih marah?" tanya Rio perlahan saat dirinya sudah masuk dan mulai duduk di meja rias Ify.
Ify hanya diam ia memilih membaca novel dengan posisi tengkurap diatas kasur dan membiarkan Rio dengan pertanyaan bodohnya. Sudah sangat jelas kalo dirinya masih sangat marah.
"Fy gue tanya sama lo." tanya Rio sekali lagi dengan suara yng cukup tinggi, ia sudah terlalu lelah untuk membicarakan hal seperti ini.
Dengan pelan Ify menutup novelnya, mengangkat kepalanya perlahan hingga pandangan mereka berdua bertemu. Ify menatap Rio dengan pandangan yang sulit dijelaskan.
"Aku kecewa sama kamu.." ujar Ify lirih, ia mencoba menyembunyikan airmatanya yang sudah siap meluncur. Tanpa mau memandang Rio sedikitpun Ify menyingkap selimut dan bersembunyi didalamnya, ia tak mau terlihat Rio melihat airmatanya.
Rio memejamkan mata saat mendengar nada bicara Ify yang penuh dengan luka, walaupun lirih Rio bisa merasakan ada sebuah penderitaan yang Ify tanggung sendiri. Ia merasa sangat amat bersalah telah membohongi Ify, terlebih saat Rio menatap manik mata Ify, disana tergambar jelas ada luka, amarah dan rasa kecewa yang begitu dalam kepada dirinya, walaupun tak dapat dipungkiri ada perasaan hangat yang menyelimuti hatinya, Ify cemburu padanya. Perlahan Rio menghampiri ranjang dan duduk dipinggiran kasur, mengusap punggung Ify yang bergetar, mencoba menenangkan istrinya.
"Aku jelasin, kamu tolong berhentii nangis. Aku sayang kamu." mohon Rio mencoba bersabar menghadapi Ify, ia menunduk dan mengecup puncak jepala Ify yang tak tertutup selimut, ia merasa sakit melihat Ify yang menangis dengan keadaan yang seperti ini.
Mendengar Rio berbicara seperti itu membuat Ify semakin menangis, menggigit bibir bawahnya agar tak terlalu terdengar,
"Kenapa kamu ngomong kayak gitu sama aku Yo, sedangkan kamu masih nyimpen Shilla dalam hidup kamu." jerit Ify tak terima, ia membiarkan airmatanya terus mengalir tanpa mau menghapus airmata itu biarlah ia menangis untuk hari ini, perlahan ia membenamkan wajahnya ke bantal agar isakan tak begitu terdengar
"Ify !!! dengerin aku dulu." bentak Rio, menarik tangan Ify agar keluar dari selimutnya, ia sudah pusing dengan semua pekerjaan nya, ia tak suka dengan sikap Ify yang menurutnya begitu kekanak-kanakan.
Rio membeku ketika melihat pipi Ify yang basah, mata bengkak yang masih terus mengeluarkan airmata. Ia seakan lemas melihat pemandangan didepannya, perasaanya kacau, Rio menjambak rambutnya dengan kasar, dan berjalan menuju kamar mandi, menutup pintunya dengan sekali hentakan. Rio menyesal, sangat menyesal melihat orang yang paling ia sayangi menangis begitu hebat karena ulahnya. Dengan kasar, ia menyalakan shower dan membiarkan tubuhnya basah oleh air.
****
Ify masih terus menangis setelah kepergian Rio, dengan isakan yang juga belum mereda, ia kembali membenamkan wajahnya di bantal, ia merasa bersalah pada Rio, ia tahu tak seharusnya ia berbuat seperti itu, memancing amarah Rio hingga Rio membentak dirinya. Ify merasa bodoh dengan sikapnya akhir-akhir ini yang selalu mengacuhkan Rio hanya karena rasa cemburu dirinya yang berlebihan terhadap hubungan Rio dan Shilla. Memang sudah seharusnya ia tak usah perduli dengan Shilla, toh kalaupun benar Rio bersama Shilla ia akan siap menerima Shilla, sudah cukup ia menyakiti Rio dengan sikapnya. Ify menggigit bibir bawahnya ketika mendengar pintu kamar mandi yang terbuka, ia tak mau jika Rio mengetahui dirinya masih menangisi kebodohannya.
Pintu kamar mandi terbuka, dan Rio kembali menghembuskan nafasnya berulang kali, harusnya ia bisa menjadi air jika Ify dalam kondisi seperti ini, mampu menenangkan Ify bukan sebaliknya, malah ikut tersulut emosi.
Ify semakin menggigit bibir bawahnya, ia takut, sangat takut jika setelah ini Rio pergi meninggalkannya, dan membiarkan dirinya sendiri disaat Ify tengah berada dipuncak untuk mencintai Rio. Ify tak ingin Rio pergi bersama orang lain, terlebih itu... Ify menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir bayangan Shilla dalam rumah tangga ini.
Dengan pelan, Rio membaringkan badannya disamping Ify, pandangannya masih tertuju pada gundukan selimut yang ada disampinya, Ify dengan posisi tidur meringkuk dan membelakanginya. Badannya masih terlihat bergetar. Apa mungkin Ify masih menangis?? Rio mengusap wajahnya frustasi, membalikkan tubuhnya, sehingga saat ini baik Rio maupun Ify saling membelakangi. Rio memejamkan mata ,mencoba menghilangkan bayang-bayang wajah Ify yang tengah menangis karenanya. Ia merasa bodoh membiarkan Ify menangis seperti itu dan dirinya dengan brengseknya meninggalkan Ify begitu saja.
Ify kembali terisak saat mengetahui Rio tidur dengan membelakanginya, terlihat dari gerakan tubuh Rio, tidak seperti biasa, membiarkan Ify berada dalam dekapan Rio setiap malam. Ia ingin berbalik dan memeluk Rio dari belakang, meminta maaf dengan sikapnya yang telah membuat Rio terlihat kacau. Tapi entah kenapa badannya tak mau menggerakan untuk memeluk Rio, membuat Ify bingung sendiri. Ia ingin Rio yang mendekap dirinya sama seperti biasanya.
****
Rio mencoba menulikan pendengarannya ketika isakan tangis Ify terdengar semakin keras, sungguh ia sangat ingin memeluk tubuh Ify, menenangkan istrinya itu dalam dekapan hangatnya, hatinya teriris mendengar itu semua. Dirinya terlalu takut untuk sekedar memeluk istrinya, ia tak ingin Ify kembali marah. Biarlah ia menahan sakit dengan membiarkan Ify menangis semalam.
Rio tersentak kaget saat mendapati ada lengan yang melingkar pada perutnya, isakan tangisnya terdengar memilukan ditelinganya.
Ify yang akhirnya menyerah dengan hatinya akhirnya memilih memeluk Rio dari belakang, melingkarkan lengannya pada perut Rio, ia tak perduli apapun. Ify sangat membutuhkan pelukan Rio untuk menenagkan tangisnya.
Rio yang sempat terkejut akhirnya mampu menguasai dirinya, dengan segera, ia membalikkan tubuhnya dan balas memeluk Ify, menyandarkan kepala Ify pada dada bidangnya, membiarkan Ify mendengarkan detak jantungnya yang begitu cepat hanya karena pelukan tiba-tiba Ify.
Rio mengeratkan rengkuhannya dipinggang Ify, mengecup puncak kepala Ify berulang.
"sssttt, nggak usah nangis lagi." bisik Rio ditelinga Ify, ia kembali mengecup puncak kepala Ify.
Ify merasa sangat disayang dengan perlakuan Rio. Hatinya menghangat dan isakkan kembali terdengar ia rindu dengan dekapan Rio yang posesif tapi hangat ini.
"Akku..."gumam Ify tersengal, ia kembali membenamkan wajahnya pada dada Rio, mendengarkan detak jantung Rio yang begitu cepat, sama seperti dirinya.
"kita tidurr.." Rio mendekap Ify erat, menikmati aroma Ify yang sangat Rio sukai. Ia tahu Ify tak mampu menjelaskan apa yang dirasa sama seperti dirinya. Rio hanya berharap, Ify selalu berada disampingnya untuk sekarang esok dan selamanya
Kruuyyuuuk kryuukkk
Ify menyembunyikan wajahnya yang merona, ia tak habis fikir dengan perutnya yang tak tau situasi ini. Ia malu, pasti Rio menertawakannya.
Rio tertawa pelan dan melonggarkan pelukannya. Ia menatap wajah Ify yang menunduk mencoba menutupi rona merah dipinya. Rio dengan gemas mencium pipi Ify yang merona, membuat Ify semakin malu pada Rio.
"Ayoo makan.." ajak Rio semangat, menarik Ify yang masih terbaring dan mengajaknya pergi kedapur.
****
Gimana?? Mau lanjut kebagian selanjutnya gak?? Oh ya, kalian sebenernya pengen cercin kayak apa sih alurnya? Kalo misal kalian jadi author cercin kalian pengen bagian 21 seperti apa?? Ayooo tulis keinginan kalian di komentar ya, author nya penasaran(?) dengan ide2 kaliaan.
Thankyuu yang udah mau baca dan setia nunggu.
Admn_2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar