Pengorbanan by @_khurul
Yang request Rify ini lunas ya:D semoga tidak mengecewakan.
*****
"Ify gue pengen getok elo nih. Sumpahh dedek gue sama lo." teriak Rio dari dalam kelas, ia mencari buku PR yang disabotase Ify didalam tasnya.
"Gedek Rio bukan dedek aiiisssh." jawab Anin yang ternyata ikut mencari buku PR Rio, ia tak tega melihat Rio bergulat mencari bukunya sendirian.
"Dimana sih bukunya, frustasi gue. Bu Aidha jam pertama ini wooy!!" Rio menjambak rambutnya frustasi karena tak menemukan buku PR nya.
"Salah lo sih mau aja pinjemin PR lo ke Ify." ucap Anin menyalahkan Rio, ia membuka tas Ify dan menggledah isinya.
"Nyesel gue sumpah. Kenapa penyesalan datengnya belakangan sih bukan diawal. Ify lo dimana ."
"Iyalah penyesalan datangnya di belakang kalo di awal namanya pendaftaran." ujar Anin terkikik, tangannya menemukan sesuatu yang mungkin bisa di bilang Gila. Ia melirik kearah Rio yang tengah mencari didepan meja guru(?)
"Haha kok lo ngomong gitu unyu banget Nin?" Rio berjalan mendekati Anin.
"Eh lo nyembunyiin apa sih tuh." lanjut Rio ingin tahu apa yang dipegang Anin.
"Gakpapa Yo, gue cari Ify dulu ya. Dadah Rio." Anin nyengir kearah Rio dan berlari keluar kelas.
"Eh tapi buku PR gue belum ketemu Wooy." teriak Rio -lagi-
"Buku lo sama Cakka kayaknya. " terdengar suara Anin yang samar.
"Punya temen kok nggak ada yang waras sih. Udah tau sama Cakka kenapa dia ikutan cari??" gumel Rio heran, ia melangkah keluar kelas mencari Cakka.
*****
Ify tengah menyendiri di taman sekolah, ada yang harus ia renungi untuk saat ini. Tentang hati dan juga perasaan nya.
"Ternyata logika selalu salah dalam mencari cinta. Ahhhh Gue GALAU."
"Galau karena ini?" tanya Anin tiba-tiba dan langsung duduk disamping Ify. Tangannya menyodorkan kertas yang sudah cukup kusam ke tangan Ify.
Ify membuka matanya lebar-lebar melihat kertas yang disodorkan Anin.
"Heh lo nemuin ini dimana? Lo .. lo. tau ini. Jangan bilang siapa-siapa plisssss." mohon Ify dengan muka melasnya, tangannya ia tangkupkan didepan wajah Anin.
"Gue sih nggak bakal bilang ya Fy, tapi kalo orang yang lo sebut tau gimana?"
"Ya jangan sampai tau lah Anin sayang." jawab Ify tersenyum kecut. Ada yang mengganjal hatinya saat ini.
"Lo mulai kapan suka sama Rio Fy?" tanya Anin kepo, ia memandang aneh kearah Ify yang tengah meremas kertas yang ia temukan dan membuangnya.
"Dulu, sejak gue ketemu Rio waktu Mos." Ify menghela nafas panjang dan menyandarkan kepalanya di bahu Anin.
Anin mengangguk anggukan kepalanya dan membiarkan Ify bertingkah seenaknya.
"Kenapa lo nggak suka sama gue sih Fy, lo kan kenal gue duluan daripada si Rio."
"Maaf ya Nin, tapi gue masih waras buat suka sama lo." Ify tertawa dengan posisi yang sama. Ia tahu sudah seharusnya ia berbagi dengan sahabatnya sejak dulu, tidak menyimpannya sendiri hingga menjadi beban yang menakutkan.
"Sialon lo Fy,eh tapi gue dukung lo kok buat suka sama Rio. Walaupun ya orang bilang sih lo sekarang dalam lingkaran friendszone ya." Anin merogoh ponselnya dan mendapati pesan bahwa sekolah diliburkan karena ada asap tebal(?)
"Kenapa?" tanya Ify saat melihat Anin malah tersenyum garing.
"Sekolah diliburin Fy." Anin menjawab singkat dan meneruskan mengotak-atik ponselnya.
"Lo nggak nyalahin gue karena suka sama Rio? lo tau kan Rio juga sahabat kita?"
"Ify yang maniis, harus berapa kali sih gue bilang. Sahabat itu nggak harus membenarkan dan menyalahkan, sahabat itu cuma negur saat lo berbuat salah. Dan untuk perasaan lo ke Rio gue anggep sih wajar, secara apa yang lo bilang tadi yang nggak wajar itu saat lo suka gue." jelas Anin panjang lebar, ia mengangkat kepala Ify dari bahunya.
"Makasih ya sudah mau jadi sahabat gue." lanjut Anin tulus dan langsung memeluk Ify erat.
Ify yang kaget mendengar penjelasan Anin barusan mencoba mempercayai gendang telinganya. Siapa tau ia salah dengar kan.
"Lo kejedot di pintu mana sampe bijak gitu omongan lo." tanya Ify polos saat Anin melepas pelukannya.
"IFfffffyyyyyy "
****
"Rio pulang pah." teriak Rio saat memasuki rumahnya.
"Oh Rio, kebetulan tolong anterin tante Runa pulang ya. Papah buru-buru, kamu nggak papa kan?" ujar Seta meminta tolong pada Rio, memang, sebentar lagi tante Runa akan menjadi nyokap baru Rio. karena nyokap asli(?) Rio sudah pergi jauh.
"Oke pah, Rio ganti baju dulu tante." Rio sedikit berlari kearah kamarnya.
Sampai dikamar, Rio tak langsung mengganti baju, ia mengambil sesuatu dari saku celananya.
"Rio cepet kasihan tante Runa nungguin." teriak papahnya dari bawah, membuat Rio urung membuka kertas tersebut dan memilih segera mengganti baju nya.
"Yuk tan.." ajak Rio, ia sudah mengganti seragamnya dengan baju santai.
"Oh ya, ayo. Maaf ya tante ngerepotin." ujar Runa lembut, dan dibalas anggukan dari Rio.
Didalam mobil, Rio dan Runa mengobrol banyak, mulai dari kegiatan Rio disekolah, hobi sampai nasihat yang Runa berikan membuat Rio tersenyum senang.
"Seenggaknya ibu tiri gue nggak sejahat kota metropolitan." pikir Rio.
"Ke kiri Rio, nanti ada gang masuk yah." Runa memberi arahan ketika mobil Rio sudah sampai gerbang perum.
"Oke tan." Rio langsung mengikuti arahan Runa. Dan sampailah didepan rumah yang tidak terlalu besar namun cukup rindang dengan berbagai tanaman didepannya.
"Masuk dulu yuk. Ketemu anak tante, sepertinya dia dirumah." ajak Runa.
"Nggak usah tan, Rio buru-buru nih. Lain kali janji deh Rio mampir."
"Bener ya, lain kali mampir. Hati-hati dijalan."
"Sipp, byee tan."
Rio berjalan pelan keluar dari perum, ia akan tidur siang setelah ini.
*****
Rio masuk kedalam kamarnya dan ia ingat sesuatu tentang kertas yang dibuang Ify tadi waktu ditaman, sepertinya ada sesuatu yang dirahasiakan Ify dan Anin.
"Apasih yang mereka bicarain sampe pelukan nggak ngajak gue." gumam Rio saat tangannya mencari kertas yang ia taro dilaci meja belajarnya.
Rabu,17 November 2013
Gilla, ini benar-benar gilla. Gue gak tau ini namanya apa, tapi yang jelas gue selalu deg deg degan deket Rio, suka salting pas deket Rio. Gue kenapa coba,gue suka cari masalah sama dia supaya ngilangin salting gue dan supaya Rio selalu deket gue. Ahhh pusing.. Rio kalo gue suka sama lo, apa lo nerima gue? atau jangan-jangan lo pergi ngejauhin gue. RIOOO i love you mungkin.
Ify Arkhaeta :*
Rio terbengong setelah membaca barisan kata diatas. IFY... oh god.
"Gue juga suka sama lo Fy. " gumam Rio pelan, ia menyimpan kertas tersebut dan segera memilih tidur. Ada rasa hangat yang menyelimuti hatinya. Setidaknya rasa ini tidak bertepuk sebelah tangan.
*****
Ify memarkirkan sepeda nya dan berjalan menuju kelas, ia menghembuskan nafas beberapa kali saat melihat Rio dari kejauhan tengah tersenyum kearahnya. Ia memegangi dadanya merasakan detak jantungnya yang kembali bekerja lebih keras.
"Tenang Fy, tanang.. Rio sahabat lo, jangan ngerusak persahabatan ini." Ucap Ify dalam hati, ia mencoba bersikap normal.
"eeeittsss .. buru-buru banget non sampe nggak liat orang ganteng disini." ucap Rio saat Ify melewatinya begitu saja,dengan kasar ia menarik tas Ify dari belakang.
"Apasih maritem gue lagi gak mood deket-deket lo. ntar nular lagi." jawab seenaknya ia kembali berjalan tak menghiraukan Rio.
"Maritem apa Fy? oh ya Virus cinta lo ke gue kayaknya udah nular duluan deh." Rio mengikuti Ify dari belakang.
Ify terpaku mendengar penjelasan Rio barusan, virus cinta? nular?
"Mak.sud lo..?" tanya Ify heran ia menghadap Rio dan memiringkan kepalanya
"Maritem apa Fy." jawab Rio pelan,matanya terus menatap manik mata Ify, mencari celah untuk membuktikan dimana letak cinta itu berada.
"Udah lah yo, gue lagi males berantem. Gue masuk ya." pamit Ify, ia memalingkan wajahnya saat Rio menampakkan kekecewaan yang tergambar jelas pada mata Rio. Dengan segera ia melangkah menuju kelasnya.
"Kenapa lo gak pernah bilang semua ini Fy? Kenapa lo sembunyiin ini dari gue? Kenapa lo diem waktu gue bersama cewek lain?" teriak Rio menghentikan langkah Ify. Perlahan Rio menghampiri Ify yang masih membeku ditempat. Tangannya ia tautkan pada jari-jari manis Ify.
"Gue juga suka sama lo." ucap Rio setelah berhasil menautkan kesepuluh jarinya bersama Ify. Ia tersenyum saat Ify memandangnya tak percaya.
"Lo.. maksud nya apa Yo? ini bukan april mop kan?" tanya Ify bingung, ia mencoba melepaskan tangannya namun gagal.
"Gue suka sama lo, gue gak bakal ninggalin lo, gue bakal tetap jagain lo apapun alasannya."
"Gimana bisa lo tau.. ten.."
"Ini.." ujar Rio menaikkan alisnya, tangannya menunjukan kertas yang pernah Ify buang di taman dulu.
Ify membelakkan matanya-lagi- saat Rio tiba-tiba mencium pipinya, menunduk mencoba menyembunyikan rona merah diwajahnya.
"Gue...."
"Ciiieee, kantin udah buka kayaknya. Kesananya yukk. Sekolah juga libur lagi. HAHAHAHA" suara cempreng Anin membuat Rio dan Ify menoleh seketika, Rio menggeram kesal kearah Anin yang terlihat cengengesan, sedangkan Ify hanya menunduk, merutuki Anin yang datang disaat yang tidak tepat.
"Mau rumah sakit atau kuburan Nin?" tanya Rio santai(sok) saat Anin menggandeng tangannya dan tangan Ify.
"Gue cuma mau makan yo. Ayook." teriak Anin semangat sambil menyeret pasangan baru menuju kantin.
Ify hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya dan melirik Rio yang juga tengah melirik kearahnya dengan senyuman tulus dibibirnya yang juga ia balas tak kalah manis.
*****
Hari berganti hari begitupun bulan yang terus berlalu. Sudah tiga bulan Rio menjalani status pacaran dengan Ify, perasaan bangga memiliki Ify membuat ia enggan melepas Ify begitu saja.
"Rio Rio Rioo. buruan sudah siang nih.Ayoo takut matahari nih akunya." suara emas(?) Ify memanggil dengan manjanya.
"Yuukk. aku anter pulang ya?" tanya Rio, ia merangkul pundak Ify dari samping. Membiarkan teman-temannya menggigit jari karena tak punya pasangan.
"Oke deh, kamu belum pernah ketemu Mom juga kan?? Kebetulan mom dirumah nih." jawab Ify senang, ia melingkarkan tangan kirinya kepinggang Rio dengan mesra.
Rio hanya tertawa, melihat tingkah gadisnya. Dengan sayang tangan yang semula berada dipundak Ify kini beralih mengacak rambut Ify gemas.
"Letttsss go.." teriak Rio, ia menggandeng tangan Ify erat dan mengajak berlari bersama dirinya menuju tempat parkir dengan iringan tawa yang begitu indah dari pasangan ini.
*****
Rio terpaku melihat rumah didepannya ini. Rumah ini
"Ayo Yo kok malah bengong sih. Masuk yuk ketemu Mom. Mom pasti seneng deh ketemu kamu." ajak Ify mengagetkan Rio yang tengah memikirkan sesuatu.
"Eh.. anu Fy, maaf aku sakit perut nih. Aku buru-buru udah gak tahan, lain waktu aja ya ketemu Mom kamu." ucap Rio mencari alasan, ia memandang kearah Ify, mencoba meyakinkan gadisnya.
"Yahh padahal aku udah seneng loh kamu mau ketemu Mom. Gakpapa deh janji ya, kesini lagi kudu mampir." Ify memandang Rio sedih dan mendekat kearah Rio, mencium pipinya sekilas sebelum akhirnya masuk kedalam rumah.
Rio memandang punggung Ify yang tertelan pintu rumahnya. Rumah yang baru menyadarkan Rio, rumah tante Runa calon nyokap tirinya. Dengan kasar, ia mengendarai mobilnya cepat menuju rumahnya, ia ingin bertemu papahnya sekarang.
Sampai rumah, Rio langsung membuka pintu dengan brutal, entahlah setan apa yang merasuki akal sehatnya sehingga ia berbuat seperti ini.
"Pah.. PAPAH.." teriak Rio kalap, ia mencari dikamar serta ruang kerjanya namun nihil, dengan langkah yang memburu Rio berjalan menuju taman belakang rumahnya. Dan lagi-lagi Rio harus menelan keterkejutan pahit ini. Didepannya, sang papah sedang menangis menatap foto ibu kandung Rio, dengan disebelahnya foto tante Runa yang juga menjadi Mom Ify tergletak persis dipangkuan papahnya.
Seketika itu, amarahnya untuk menghentikan acara pernikahan papa dengan tante Runa hilang, terganti dengan perasaan sedih melihat papahnya yang semakin tua tanpa ada yang merawat. Rio tak mau melihat papa hanya diam menangisi kepergian ibu, ia tak mau melihat orang yang paling ia sayangi harus merelakan kebahagiannya demi dirinya, dengan pelan Rio berjalan menuju kamarnya, hatinya bimbang untuk memilih kebahagiannya sendiri atau kebahagian orang yang selalu membuat hidupnya sempurna.
*****
Ify kembali menangis dalam pundak Anin, yah semenjak Rio pulang dari rumahnya sampai sekarang Rio belum pernah memberi kabar, bahkan ketika bertemu dengannya Rio selalu menghindar seolah-olah tak mengenalnya.
"Gue harus gimana Nin?" tanya Ify sesenggukan. Ia terus menangis pada bahu Anin.
Anin mengusap punggung Ify pelan, menenangkan sahabatnya
"Lo minta penjelasan ke Rio, gue gak mau liat lo nangis lagi kayak gini. cukup hari ini aja Fy." tegas Anin, ia mengangkat kepala Ify dan menghapus airmata yang masih menetes dipipi Ify.
"Kalo lo gak mau nemuin Rio, gue bakal cari Rio sendiri buat lo." lanjut Anin melembut, ia tersenyum kearah Ify dan merangkul erat sahabatnya.
"Makasih lo selalu ada buat gue, makasih lo mau dengerin cerita gue,makasih lo mau ngasih bahu lo buat ngeringin airmata gue dan makasih untuk semuanyaa." Ify mengusap airmatanya dan kembali merangkul Anin dengan airmata yang terus membanjiri pipinya.
-Sahabat sejati adalah orang yang tanpa berfikir duakali untuk membantu sahabatnya.-
*****
Hari ini, hari dimana Mom dan Om setta menikah, yah setelah beberapa minggu bergulat dengan kesedihannya, Ify memutuskan untuk Move On dari Rio, ia sudah cukup tersakiti dengan melihat Rio bersama wanita lain. Walaupun tak dapat dipungkiri ia masih belum bisa melupakan kenangan yang Rio beri untuknya.
Ify tersadar saat tangan Anin menyentuh pundaknya,rupanya ia sudah terlalu lama termenung.
"Mempelai laki-lakinya sudah datang." bisik Anin lembut, ia menarik Ify untuk melihat orang yang mungkin Ify sayangi sampai saat ini.
Ify terkejut melihat laki-laki tampan disebelah Om Setta, laki-laki yang mengisi hatinya samoai saat ini, laki-laki yang ia benci sekaligus laki-laki yang ia cintai tengah berdiri mendapingi Om Setta. Dan ia kembali mengingat bahwa Om Setta mempunyai anak laki-laki yang sepantaran dengannya.
Anin merangkul pinggang Ify erat ketika mengetahui ada sorot kekecewaan yang terpancar jelas dari mata Ify, ia tau sangat tahu untuk siapa sorot itu Ify berikan.
"Rio jadi saudara tiri gue Nin." ucap Ify perih, matanya menandang penuh kekecewaan pada sosok tinggi tegak itu.
"Jangan nangis. gue tau lo pun bakal ngelakuin hal yang sama jika lo tau Mom menikah dengan papah nya Rio." ucap Anin lembut dan membawa Ify ke taman belakang hotel yang diadakannya pernikahan ini.
Anin membiarkan Ify larut dalam pikirannya, ia tahu Ify butuh sendiri saat ini. Ia beranjak ketika melihat Rio yang tengah berjalan kearahnya.
"Dia butuh lo." ujar Anin dan pergi meninggalkan mereka berdua untuk sama-sama memecahkan masalah yang ada.
"Fy,," panggil Rio; membuat Ify menoleh kearah Rio yang kini sudah duduk disampingnya.
"Maaf, maaf buat sikap gue ke elo, gue tahu gue salah, tapi emang ini yang terbaik buat kita berdua." ucap Rio pelan, ia memandang kolam ikan yang ada didepannya.
"Gue juga kecewa kayak lo, gue juga cinta sama lo dan begitupun sebaliknya, tapi gue tahu bokap gue lebih butuh nyokap lo.."
"Gue tahu sangat tahu Yo, mungkin gue cuma butuh waktu buat nerima keadaan ini. Sekarang lo boleh pergi." ucap Ify memotong pembicaraan Rio, ia sudah tak kuat disini. ia ingin cepat-cepat Rio meninggalkan dirinya disini sendiri.
"Fy, pliss lo jangan siksa diri lo sendiri, gue juga sama kayak elo tapi gue selalu nguatin diri gue buat selalu tegar. Gue mohon sama lo, kita sama-sama nyembuhin luka ini. Kita sama-sama membuang rasa yang lebih ini." bujuk Rio, ia menghapus airmata Ify dan mencium kening gadisnya untuk terakhir kalinya.
"Jadi adik yang baik dan membanggakan buat gue." pinta Rio, ia dengan segera mendekap Ify erat, yahh Ify gadis yang ia sayangi sebagai adik tirinya sekarang.
-Hidup itu seperti air yang mengalir, sekeras apapun ombak menerjang, ia akan tetap mengalir mengikuti arusnya. Seperti itu juga kehidupan, seberat apapun cobaan, ia akan tetap berjalan sesuai garis hidup yang telah digariskan.-
THE END
L&C jangan lupa ya:D
admn 2